Monday, September 12, 2011

Obat-obatan



TETESAN OKSITOSIN PADA PERSALINAN

 Tetesan oksitosin pada persalinan adalah pemberian oksitosin secara
tetes melalui infus dengan tujuan menimbulkan atau memperkuat his.
Indikasi pemberian oksitosin :1. Mengakhiri kehamilan, 2. Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.
Kontraindikasi pemberian oksitosin : induksi persalinan.
Cara pemberian oksitosin :
  1. Oksitosin tidak diberikan secara oral karena dirusak di dalam
  2. lambung oleh tripsin.
  3. Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskuler, dan
    intravena.
  4. Pemberian oksitosin secara intravena (drips/tetesan) banyak
    digunakan karena uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara kontinyu
    dan bila perlu infus dapat dihentikan segera.
  5. Pemberian tetesan oksitosin harus dibawah pengawasan yang cermat
    dengan pengamatan pada his dan denyut jantung janin.
Cara pemberian oksitosin dengan janin hidup :
  1. 5 IU oksitosin dalam 500 ml dekstrose 5%. Ini berarti 2 tetesan
  2. mengandung 1 mIU.
  3. Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) per menit.
  4. Dosis dinaikkan 2 mIU (4 tetes) per menit setiap 30 menit.
  5. Dosis maksimal 20-40 mIU (40-80 tetes) per menit.
Untuk meningkatkan keberhasilannya bisa dilakukan amniotomi, striping
of the membrane atau menggunakan balon kateter.
Cara pemberian oksitosin dengan janin mati

Teknik I :

  1.  Menggunakan 500 cc ringer laktat (1 botol).
  2. Mula-mula dipakai 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
  3. Kecepatan tetesan 20 tetes per menit.
  4. Bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 10 IU tiap
    30 menit tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang
    adekuat dan ini dipertahankan.
  5. Dosis tertinggi yang dipakai 140 IU.
  6. Bila dengan jumlah cairan tersebut (500 cc ringer laktat) tidak
    berhasil maka induksi dianggap gagal.

Teknik II :

Botol I:
1. Mulai dosis 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
2. Kecepatan 20 tetes per menit.
3. Bila tidak timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 10 IU
setiap habis 100 CC tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul
kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
4. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol I 50 IU oksitosin. Bila
belum timbul kontraksi adekuat, langsung dilanjutkan dengan botol II.
Botol II :
1. Mulai dengan dosis 50 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat.
2. Bila belum timbul kontraksi adekuat maka dosis dinaikkan 20 IU
setiap habis 100 cc tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul
kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
3. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II adalah 130 IU oksitosin.
Bila setelah ke-2 botol tersebut kontraksi belum adekuat, induksi
dianggap gagal.
Untuk meningkatkan keberhasilan maka dianjurkan :
1. Pemasangan laminaria sebelumnya (dilatasi serviks).
2. Melakukan amniotomi (bila memungkinkan).
Bila gagal, penderita diistirahatkan dan induksi diulangi lagi keesokan
harinya.
Tetesan oksitosin dosis rendah : persiapan maupun cara pemberian sama
dengan tetesan oksitosin dosis tinggi (teknik I), hanya disini dimulai
dengan dosis oksitosin 5 IU dan bila tidak timbul kontraksi yang
adekuat, dosis dinaikkan 5 IU setiap 30 menit, maksimal 70 IU.
Bila ditemukan water intoxication dengan gejala-gejala seperti
kebingungan, stuporous, kejang dan koma maka tindakan-tindakannya :
- Tetesan segera dihentikan.
- Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyaak mungkin.
Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitosin terutama pada janin mati
perlu dilakukan pemeriksaan proses pembekuan darah