Thursday, April 28, 2011

Komplikasi Asam Urat

Sumber Asam urat

Ada dua sumber utama purin dalam tubuh. Yaitu purin yang berasal dari makanan dan purin hasil metabolisme DNA tubuh. Purin yang berasal dari makanan merupakan hasil pemecahan nukleoprotein makanan yang dilakukan oleh dinding saluran cerna. Sehingga mengkonsumsi makanan tinggi purin akan meningkatkan kadar asam urat darah.

Makanan dan minuman yang mengandung purin(1)

Kadar tinggi
Sebaiknya dihindari
Kadar sedang
Dapat dikonsumsi sekali-kali
Kadar Rendah
Bebas dikonsumsi
Hati, ginjal, sarden, ikan herring, daging, bacon (daging babi yang dikukus), codfish, scallops, trout, haddock, daging anak lembu, venison (daging rusa), kalkun, minuman beralkohol Asparagus, daging sapi, bouillon, daging ayam, kepiting, daging bebek, paha babi, buncis, jamur, lobster, tiram, pork, udang, bayam kopi, buah, roti, beras, makaroni, keju, telur, produk susu, gula, tomat, sayur hijau (kecuali yang telah disebutkan sebelumnya), minuman berkarbonasi,
Dikutip dari Harris, M; Siegel, L; Alloway, J. 1999. Gout and Hyperuricemia. American Academy of Family Physicians

Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah istilah kedokteran yang mangacu pada kondisi kadar asam urat dalam darah melebihi “normal” yaitu lebih dari 7,0 mg/dl. Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi dari keduanya. Kondisi menetapnya hiperurisemia menjadi predisposisi(faktor pendukung) seseorang mengalami radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis), batu ginjal akibat asam urat ataupun gangguan ginjal.(2)

Penyebab Hiperurisemia

  1. Peningkatan Produksi
    Peningkatan produksi asam urat terutama bersumber dari makanan tinggi DNA (dalam hal ini purin). Makanan yang kandungan DNAnya tinggi antara lain hati, timus, pancreas, ginjal. Kondisi lain penyebab hiperurisemia adalah meningkatnya proses penghancuran DNA tubuh. Yang termasuk kondisi ini antara lain: kanker darah (leukemia), pengobatan kanker (kemoterapi), kerusakan otot.(2)
  2. Penurunan pembuangan asam urat
    Lebih dari 90% penderita hiperurisemia menetap mengalami gangguan pada proses pembuangan asam urat di ginjal. Penurunan pengeluaran asam urat pas tubulus ginjal terutama disebabkan oleh kondisi asam darah meningkat (Ketoasidosis DM, kelaparan, keracuanan alkohol, keracunan obat aspirin dll). (2) Selain itu, penggunaan beberapa obat (contohnya Pirazinamid-salah satu obat dalam paket terapi TBC) dapat bepengaruh dalam menghambat pembungan asam urat.
  3. Kombinasi Keduanya
    Konsumsi alkohol mempermudah terjadinya hiperurisemia, karena alkohol meningkatkan produksi serta menurunkan pembuangan asam urat. Minuman beralkohol contohnya Bir, terkandung purin yang tinggi serta alkoholnya merangsang produksi asam urat di hati. Pada proses pembungan, hasil metabolisme alkohol menghambat pembungan asam urat di ginjal. (2)

Komplikasi Hiperurisemia

1. Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)

Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi (gout). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung berkumpul di cairan sendi ataupun jaringan ikat longgar. Meskipun hiperurisemia merupakan faktor resiko timbulnya gout, namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan gout akut masih belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak pasien dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan atritis gout.(3)

Gejala klinis dari Gout bermacam-macam, yaitu, hiperurisemia tak bergejala, serangan akut gout, gejala antara(intercritical), serangan gout berulang, gout menahun disertai tofus.

Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat sangat yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri tekan). Adanya peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada mereka yang tidak


diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari. (3) Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri yang sedang pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin bertambah dan terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu.

Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah merupakan persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini merupakan bagian yang umumnya terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh dan kelarutan monosodium uratnya yang berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat memicu serangan. Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsobsi dari celah sendi dan meninggalkan sejumlah MSU. (3)


tofi pada kedua tangan

Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai dengan waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam tahun pertama, sekitar 78% mengalami serangan kedua dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien yang tidak mengalami serangan akut kedua dalam 10 tahun.(1)

Pada gout yang menahun dapat terjadi pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan dari kristal monosodium urat yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan komplikasi lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa nyeri, kerusakan dan kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan sindrom penekanan saraf. (3)

2. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal

Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu. (3)

Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik.(3)

Pengobatan Radang Sendi akibat asam urat (Gouty arthitis)

Tujuan utama panatalaksanaan penyakit gout adalah menghentikan nyeri pada serangan akut, mencegah kekambuhan, dan mencegah komplikasi akibat deposisi kristal urat pada sendi, ginjal, atau bagian tubuh lain. Sedangkan, pada pasien dengan hiperurisemia asimtomatis tidak diperlukan terapi farmakologis.(1) Pengurangan hiperurisemia diperlukan untuk mencegah perkembangan akut gout pada pasien dengan risiko tinggi.

Pengaturan pola makan dan perubahan gaya hidup termasuk penurunan berat badan, pembatasan minuman alkohol, makanan tinggi purin, dan pengawasan hiperlipidemia dan hipertensi dapat menurunkan kadar serum asam urat walau tanpa terapi obat-obatan.(3)

Berkonsultasilah dengan dokter anda tentang rencana pengobatan yang akan ia lakukan secara lengkap. Hindari penggunaan “jamu” kemasan yang tidak jelas, karena telah banyak bukti kecurangan produsen jamu yang justru merugikan konsumen.



Kesimpulan
- Sumber Asam Urat : Makanan, penghancuran DNA tubuh
- Hiperurisemia : kadar asam urat darah > normal
- Penyebab : a. Peningkatan Produksi: dari makanan, penyakit
b. Penurunan Pembuangan : Penyakit, Obat-obatan
c. Kombinasi keduanya : minuman beralkohol
- Komplikasi : radang sendi, batu ginjal, gangguan ginjal
- Pencegahan : Batasi konsumsi makanan tinggi purin serta alkohol
- Pengobatan : Ikuti saran dokter, minta penjelasan yang lengkap tentang penggunaan & efek samping obat, jangan sembarangan mengkonsumsi jamu

Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis pertahanan utama dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Ia mempunyai sistem kekebalan sendiri yang dirusak oleh infeksi HIV dan ini dapat mengakibatkan masalah kulit pada semua tahap infeksi HIV.
Diperkirakan lebih dari 90% orang yang terinfeksi HIV akan mengalami beberapa masalah kulit yang berhubungan dengan HIV selama masa infeksinya. Walaupun masalah ini timbul dan mungkin makin parah pada tahap infeksi lanjut, masalah kulit ini dapat terjadi pada semua tahap infeksi HIV. Diperkirakan lebih dari 75% Odha akan mengalami penyakit kulit pada saat serokonversi menjadi HIV-positif.
Kulit juga merupakan organ yang paling kelihatan dari tubuh. Masalah kulit dapat sangat menyulitkan Odha, yang biasanya (benar atau salah) menganggap masalah kulit sebagai pernyataan yang mengumumkan status positifnya. Pada awal epidemi, sering diperkirakan masalah tersebut merupakan efek infeksi HIV yang tidak dapat dihindarkan. Sekarang para ahli HIV telah mengetahui masalah kulit dan biasanya dapat mendiagnosis serta mengobatinya, dengan atau tanpa bantuan dari ahli dermatologi. Sayangnya, meskipun dengan usaha diagnosis lengkap, kadang-kadang penyebabnya tidak dapat ditemukan dan hanya gejala yang dapat diobati.
Sejumlah besar penyakit dapat memunculkan masalah kulit – baik yang berhubungan dengan HIV maupun tidak. Sebagian besar infeksi oportunistik HIV dapat menyebabkan penyakit kulit, yang juga dapat diakibatkan oleh banyaknya obat yang diberikan untuk mengatasi HIV. Banyak masalah lainnya di hati, ginjal, hormon, atau darah, dan juga masalah psikologis, dapat menimbulkan masalah kulit, dan masalah ini di luar jangkauan artikel ini. Di sini kami berusaha untuk membahas masalah yang sering berhubungan dengan infeksi HIV, dengan pengecualian sarkoma Kaposi dan tumor lainnya.
Masalah kulit yang paling umum bagi Odha adalah kulit kering yang menyebabkan gatal-gatal dan jika tidak diobati dapat berkembang menjadi eksema. Mandi berlebihan dengan sabun cuci keras atau air yang terlalu panas akan mengeringkan kulit. Lebih baik memakai air yang lebih sejuk untuk mandi dan sedikit sabun (bebas parfum). Sabun sebetulnya tidak diperlukan pada tubuh selain di ketiak dan bagian alat kelamin, asal tubuh tidak kotor. Pelembab tanpa parfum sebaiknya digunakan pada kulit kering untuk menjaganya tetap lembut, mengurangi rasa gatal dan mencegah pengelupasan. Hati-hati saat menggunakan parfum, deodoran dan sebagainya, karena dapat menyebabkan iritasi. Penyebab lain dari kulit kering adalah dehidrasi yang dapat mengarah kepada kehilangan sodium. Cobalah untuk menghindari kehilangan cairan dan jika perlu gunakan elektrolit tambahan seperti oralit.
Bahaya akibat terpapar sinar matahari secara berlebihan juga dibahas. Bagaimana pun, ada beberapa manfaat akibat terpapar sinar matahari. Ini menimbulkan rasa sehat pada banyak orang dan banyak masalah kulit yang berhubungan dengan HIV memberikan tanggapan baik terhadap sinar matahari. Pengawasan standar yang harus diterapkan – yaitu memakai krim pemoles dengan unsur pencegahan yang tinggi, untuk menghindari keterpaparan yang lama dan setelah itu memakai pelembab tanpa parfum. Beberapa pengobatan seperti kotrimoksazol yang digunakan untuk HIV dapat menimbulkan kepekaan terhadap sinar matahari dan di situasi ini mungkin sebaiknya menghindari sinar matahari.
Akhirnya, gatal-gatal dapat menjengkelkan dan mengganggu tidur. Cobalah untuk tidak menggaruk walaupun ini memuaskan, karena garukan dapat merusak kulit, yang mengakibatkan gatal-gatal semakin parah dan membuka kulit terhadap kemungkinan infeksi. Antihistamin biasanya membantu, khususnya di malam hari.
Infeksi Virus
Virus Herpes Simpleks: Luka herpes terjadi di sekitar dubur, mulut, dan alat kelamin dan sering kambuh dan bahkan menjadi kronis. Herpes dimulai dari lepuhan yang terbuka, memborok dan berkeropeng, lalu umumnya sembuh dalam 7-10 hari. Herpes dapat menyebabkan rasa sakit yang amat sangat. Infeksi HIV dapat menyebabkan infeksi herpes meningkat dan membuat pengobatan lebih sulit. Terapi yang biasa adalah dengan asiklovir atau valasiklovir (yang dapat diberikan sebagai profilaksis jika sering kambuh) atau foskarnet dalam bentuk krim atau infus jika herpes resistan terhadap asiklovir.
Herpes Zoster: Herpes ini adalah suatu masalah kulit yang diakibatkan oleh kambuhnya virus cacar air. Umumnya ini terjadi pada batang tubuh, lengan bagian atas dan kepala, dimulai dengan rasa sakit yang dalam, kesemutan, geli, dan gatal. Dalam beberapa hari, sekelompok lepuhan kecil yang berkembang pada bagian kulit yang terpengaruh dapat membesar dan terbuka untuk menjadi bisul yang menyakitkan. Bahkan setelah pengobatan dan lesi telah sembuh, sakit mungkin tetap terasa. Diagnosis dan pengobatan dini adalah penting, khususnya jika wajah dan mata terserang. Pengobatannya adalah dengan asiklovir dan mungkin krim antibiotik perlu dioleskan pada luka untuk mencegah infeksi dan mengurangi bekas luka. Zoster dapat terjadi kapan saja pada infeksi HIV dan lebih mungkin timbul pada orang HIV positif dibanding yang negatif. Infeksi lebih sering kambuh pada Odha dan pengobatannya lebih sulit. Jika zoster kambuh, asiklovir diberikan sebagai profilaksis.
Kutil (Virus Human Papilloma): Virus ini timbul dan menular tanpa munculnya kutil, dan jauh lebih lazim pada orang HIV-positif dibanding yang negatif. Kutil yang ada bisa tunggal atau berkelompok dan dengan berbagai ukuran; dari titik kecil sampai bintik besar dan kelihatan jelek. Kutil dapat tumbuh menutupi daerah yang luas dari tubuh. Veruka adalah kutil pada telapak kaki. Kutil pada alat kelamin dapat terjadi di bagian luar atau pun di dalam, dan sejumlah kecil jenis virus yang menyebabkan kutil pada alat kelamin ini dapat menjadi tanda adanya displasia anogenital dan kanker. Kutil diobati dengan bakar listrik, pembekuan dengan menggunakan nitrogen cair atau dengan menggunakan zat kimia termasuk podophyllotoxin.
Moluskum Kontagiosum: Ini adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh virus cacar yang sangat mudah menular. Infeksi ini dapat terjadi pada segala tahap infeksi HIV, walaupun lebih mungkin ketika kadar CD4 menurun, dengan jumlah serta ukuran moluskum yang meningkat. Ini menyebabkan bengkak yang berwarna putih dan seperti mutiara, dengan kecekungan di tengahnya, dan diagnosis kadang-kadang sulit karena mereka menyerupai kutil atau bahkan jerawat. Penyakit ini diobati melalui pembekuan dengan nitrogen cair, kadang-kadang pengobatan ini harus dilakukan berulang-ulang dan mungkin sulit untuk betul-betul dihilangkan. Pembedahan atau pengangkatan kutil melalui operasi juga dapat menjadi cara yang efektif.
Infeksi Jamur
Kandidiasis (Thrush): Kandidiasis pada mulut dan vagina sangat umum terjadi pada orang HIV-positif pada semua tahapan infeksi. Kandidiasis pada vagina adalah infeksi oportunistik yang paling umum pada wanita. Kandidiasis kulit mempengaruhi mulut dan sudut mulut, pangkal paha, vagina, dan sekitar anus. Ini menyebabkan gatal dan radang, dan sangat menyulitkan serta berlangsung lama. Pada kasus di mana kekebalan tubuh sangat menurun, infeksi dapat tersebar sampai saluran pencernaan dan reproduksi, dan dapat menjadi sangat sakit serta sangat resistan terhadap pengobatan. Pilihan pengobatan termasuk ketokonazol, itrakonazol, atau flukonazol dalam bentuk tablet atau cairan, dan amphotericin atau nystatin dalam bentuk cairan, pastiles atau lozenge. Resistansi dapat terjadi terhadap senyawa ini yang mengharuskan kita untuk mengganti pengobatan, jika infeksi berlangsung lama. Untuk kandidiasis pada vagina, perlu dioleskan di dalam vagina dengan memakai pesarium atau kuas. Susu asam kental (yoghurt) hidup dan butiran bawang putih dianggap dapat memberikan pertolongan, namun tampaknya tidak efektif pada kasus yang parah.
Tinea (Jamur Kulit): Ini dapat terjadi pada kaki dan di sekitar pangkal paha terutama pada cuaca panas. Ia menimbulkan ruam yang lebih terasa gatal daripada rasa sakit yang ditimbulkannya, dan dapat juga terdapat di sekitar anus. Pengobatan pertama adalah dengan memperhatikan kebersihan di sekitar tempat yang terinfeksi. Pastikan daerah ini dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati secara teratur serta pakailah krim antijamur, seperti Canesten atau Nystan. Jika infeksi berlangsung lama, tablet antijamur seperti terbinafine dapat diberikan. Kadang-kadang krim steroid juga diperlukan.
Dermatitis Seboroika: Biasanya timbul ringan di daerah sekitar kulit kepala, wajah dan dada, berupa kemerahan kulit dan bersisik, dan paling umum terdapat pada alis mata, sisi hidung, bibir bagian atas, dagu, dada, dan kadang-kadang pada kantung kemaluan pria. Ini pun dapat mengakibatkan ketombe. Masalah ini terjadi pada kira-kira 5% orang HIV-negatif, dan pada 85% Odha. Pengobatannya adalah dengan krim antijamur yang mengandung steroid ringan, seperti Canesten HC, Daktacort, atau Nystan HC yang harus dipakai secara tetap karena dapat terjadi kekambuhan dari waktu ke waktu. Shampo antijamur seperti ketoconazole (Nizoral) juga dapat membantu.
Infeksi Bakteri
Folikulitis: Ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang secara umum ditemukan pada kulit. Bakteri ini dapat mengakibatkan infeksi pada orang dengan kekebalan yang normal, tetapi infeksi seperti ini lebih umum terjadi pada Odha dan sering berlangsung lama. Folikulitis merupakan infeksi pada kantung rambut yang umumnya terdapat pada bagian tubuh yang berambut, seperti muka, dada, lengan, dan kaki. Infeksi ini menyebabkan timbulnya semacam jerawat dengan mata putih yang sangat gatal. Bila digaruk akan menyebabkan matanya terlepas dengan meninggalkan bintik merah kecil, dan lesi ini dapat membentuk abses. Biasanya pengobatan dimulai dengan obat antijamur, tetapi jika tidak manjur maka antibiotik oral, seperti eritromisin, dapat juga diberikan.
Cakar Kucing (Angiomatosis Bacillary): Ini adalah kondisi yang jarang terjadi, dan diduga sebagaimana namanya, timbul dari infeksi akibat cakaran kucing. Lesinya, yang mungkin hanya sedikit atau sampai ratusan, berwarna ungu sampai coklat tua dan dapat keliru dengan lesi sarkoma Kaposi. Pengobatan antibiotik selama beberapa bulan, seperti dengan eritromisin, dapat efektif.
Sifilis: Sifilis bukan merupakan penyakit menular seksual khusus HIV, tetapi bila Odha terinfeksi sifilis maka diagnosis dan pengobatannya menjadi lebih sulit. Bila tidak diobati, sifilis akan berkembang dalam tiga tahap. Tahap pertama terdiri dari luka pada tempat yang terinfeksi yang dapat sembuh sendiri. Pada tahap kedua, akan muncul ruam. Pada pasien HIV, ruam biasanya tidak khas dan mungkin tidak mudah dikenali. Tanpa tes darah dan pengobatan, sifilis akan mengarah pada tahap ketiga yang mungkin tidak memperlihatkan gejala, namun dapat berakibat pada gangguan saraf. Laju penyakit tahap ini biasanya jauh lebih cepat pada Odha. Biasanya terjadi dalam beberapa bulan, sedangkan pada orang lain perlu waktu bertahun-tahun. Reaksi terhadap pengobatan dengan penicillin juga dapat terganggu.
Masalah Kulit Lain
Gigitan serangga dan lainnya: Reaksi kekebalan terhadap gigitan serangga umumnya pada Odha dapat menjadi jauh lebih parah dibanding dengan biasanya. Hal yang sama dapat berlaku terhadap gangguan tungau yang menyebabkan kudis. Juga, meskipun pengobatannya sama, resistansi dapat menjadi lebih besar. Antihistamin mungkin diperlukan untuk mengatasi gatal dan juga antibiotik yang dioleskan untuk mencegah infeksi pada tempat bakteri. Dalam kasus kudis, tungau harus diberantas dengan senyawa seperti Malation, dan menjaga agar infeksi tidak kambuh kembali melalui pakaian dan selimut yang terinfeksi.
Psoriasis: Psoriasis merupakan kerusakan kulit relatif yang umum dan lebih sering terjadi pada Odha. Bila orang baru pertama kali mengalami psoriasis, lesinya berwarna merah jambu sampai merah dengan sisik keperakan. Umumnya lesi muncul pada siku, lutut, dan punggung bagian bawah dan bisa terasa sangat gatal. Setelah beberapa waktu, gatal pada lesi tersebut hilang dan terjadi penebalan kulit. Pengobatannya adalah dengan senyawa ter (aspal), obat seperti acitretin, dibiarkan terkena sinar matahari, dan terapi UV.
Reaksi obat: Banyak obat yang dipakai untuk mengatasi infeksi HIV mempunyai kemungkinan reaksi pada kulit. Yang terkenal adalah yang berhubungan dengan kotrimoksazol dan NNRTI, mis. efavirenz dan nevirapine. Bagaimana mengatasi dan mengobati reaksi ini akan sangat tergantung pada tingkat keparahannya dan obat yang sedang digunakan; nasihat medis harus selalu diminta dan dokter Anda harus membuat laporan resmi tentang reaksi obat. Pilihannya bisa termasuk mengganti obat yang digunakan dengan obat lain, kelainan kulit yang timbul diobati dan menunggu reaksi selanjutnya, desensitisation (meningkatkan dosis obat secara bertahap, untuk mengurangi atau menghilangkan reaksi yang timbul), atau menggunakan antihistamin untuk menekan gejala. Pada kasus obat ARV, abacavir, aturannya jelas. Sekali reaksi terjadi obat tersebut harus dihentikan dan tidak boleh digunakan lagi.